Sabtu, 12 Juli 2014

#6

Selamat malam! Aku menyapamu dengan penuh kerinduan. Jangan anggap gombal lho.
Sungguh kerinduanku ini tersimpan di balik tirai sanubariku, dan tak lupa tekadku.
Kau tahu? Setiap waktu aku mencari informasi tentangmu, serba-serbimu, elokmu, dan semua kunci pintumu.
Aku mencari namun tak berpeluh. Jangan kira ini dengan omplong kosong! Aku tetap menahan anganku demimu.
Ditahan orangtua, dijerat lembaran-lembaran yang dianggap sah di mata hukum, dan niat tak kasat mata.
Entah kadang muram atau mata berbinar tak temaram. Membayangkanmu itu indah sekaligus sakit tauk. Begitu permai kukira.
Titip salam boleh untuk kawanan kerabatmu? Sampaikan salam rinduku untuk mereka, entah kapan, entah di mana dulu aku
menggoreskan sol sepatu di tubuh permaimu. Dengan penuh gejolak bahagia dan tundukan tasbih pada keagungan-Nya sungguh
tak tahan untuk menahan terus.

Mungkin harus sabar dulu kali ya? :')

S.A.W.K.P.P.M.K.J.L.G.I, dsb.

#5

Jika melampau semua dengan bahagia, anginpun menari sumringah
Apalagi bergandengan dengan bisikan-Nya pasti sungguh lebih menengadah
Mulai matahari menggeliat malu..
Mulai matahari menegakkan tulang punggung..
Dan sampai gulita berselimut suguhan sang Pencipta..
Tetap menggoreskan dua nyiur yang bercengkrama sembari meneduhkan awak awam.

Ada lagi langkah-langkah berbekas dan berderu
Ketika kamu berkumpul menggarisi ayat-ayatNya di suatu huni
Ketika kamu mencubiti geliat para pemuda-pemudi berbudi
Dan ketika rasa kebersamaan tertampung dalam tangan-tangan manusia.
Nilai butir sepuluh ribu hanyalah secuil dari realita bianglala

Sampai pada hakikat juang demi meraih bangku depan
Bertemu para pelukis cahaya di garis depan
Kapankah aku? Punyakah aku?
Sempat membelalak penuh kagum berbisu

Hingga berhinggap di sarang yang berdikari
Terbang kembali dengan rona putih menuju panggung merah, sebuah simulasi.
Sembari kaki melelahkan di aspal menuju sarang, tampak terasa dua nyiur.
Yang satu trapesium, dan yang satu segitiga.
Telah tertanam lagi, di sini.
Di sarang maupun di sanubari.

#4

Sebelum menutup hari-hari utusan Atasanku, tanamlah benih cinta
Cinta yang mana tercatat sebelum menyambut yang akbar.
Penuh dengan gandengan tangan dan bahagianya angan.
Tertabuh dentuman berpadi, sembari bertutur sesuai alur
Tak ada yang sendu, malah menari rindu semua insan yang semu itu
Berharap semua disirami barkah Maha Cinta

Hadapkan kami pada bulan istimewa kami, Bos.
Kami adalah kaki-Mu, jangan injak kami namun belailah kami.
Semua yang putih ingin menjadi putih lagi
Hingga mencapai klimaks rihlah
Menuju itu, ridho-Mu, ridho Allah.

#3

Apakah ini serentakan ikatan?
Mendengar hawa kelabu, yang satu segera mendayung pilu
Demi semua cinta, dan demi rentetan hierarki dahulu
Tak pandang panjangnya pulau rela menerjang air payau

Apakah ini yang berwarna elusan bulu?
Penuh hangat namun kadang terlalu penat
Buatku menepi sehari setengah empat
Walau dihalau tak akan hilang seribu

Sayang-sayangku, beta menari-nari
Pilu... Haru... Beriku bahagia... Namun penuh dinamika, sayangku
Tahukah kau?
Itu miniatur keluargaku
Dari dulu sampai tak lupa yang lalu.

#2

Sesungguhnya menulis patahan diri itu tak semudah lelapnya mentari
Merasa tak dipangku ombak maupun dipangku banyu biru
Tapi pelan-pelan bisikkanlah semua rahasia merah semuku ini padamu, sendu.
Dijawab diam, dijawab bahagia, entah dijawab melengkung di bawah
Semuanya pasti berbeda-beda

Dijawab satu, ingin dijawab satu, hanya ingin dijawab satu
Kisanak, aku ingin mengembara!
Kisanak, aku ingin melangkah!
Namun kisanak, aku tidak ingin menengadah!
Sampai pergiku ini memberi arti nyata

Dan pada akhirnya merekapun suatu hari akan menganggukkan kepastian
Semakin berbaja dan tak akan memicingkan mata lagi pada raga dan sukmaku
Aku ini padi!
Aku ini merpati!
Namun aku bukanlah matahari!
Melepaskan kandang busuk, membuangnya jauh-jauh, sampai pahitku hilang.
Tapi yang penting merah darahku masih jernih seperti dulu
Jika biarkan kakiku melanglangbuana menuju hulu.

#1

Mencari jati diri itu ibarat menakar warna tanpa tahu satuan,
menabur benih tanpa tujuan pasti,
menyangga bata tanpa tahu arti aslinya,
menukar barang tanpa tahu-menahu akan uang,
dan melukis tangis tanpa ada yang terkikis.

Jangan anggap hanya dengan torehan merah
Karena sungguh artian Tuhan mungkin tak dianggap lumrah
Hanya waktu yang akan menjawab? Kataku TIDAK.
Di sinilah era menari permai, jangan gigit jari-jemari.
Cukuplah dengan angin yang kau anggap hebat
Galilah semua apa yang jadi kilauan bahagiamu, sampai nanti diambang kaki.
Tak ada rasa menggerang di hitamnya hati.
Sampai nanti mati.

Selasa, 27 Mei 2014

Untitled..

Halo, salamualaikum... sudah lama gak ketemu nih! aku lagi pingin curhat huh :(
aku nggak keterima SNMPTN heee sedih rasanya :( Kan di opsi pilihannya aku milih geografi pembangunan wilayah UGM dan HI UGM, ternyata nggak ada yang kecantol blas, ya Allaaaaaaah T_T sedih banget rasanya , idealis milih geografi tapi ternyata nggak keterima, padahal udah rencana macem-macem buat nentuin tempat tinggalnya lah, target belajarnya, milih UKM, dan sebagainya... Jujur rasane down banget, aku kudu yaopo ikiiii, sekarang lagi di warnet bingung nanti ditanyai orangtua pasti dengan jawaban pahit . Sebenarnya ya jujur seh, rasanya sedih banget lihat di TL Twitter yang pada lolos seneng semuanya. Tapi yaudah deh gak boleh iri hati kan? :') #akurapopo


HAP HAP! Semangat SBMPTN! :(